Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2018

SUWUNG Itu Melihat Ke Dalam

Gambar
KITA TAK BISA MERUBAH ORANG LAIN. TAPI KITA BISA MERUBAH DIRI KITA SENDIRI AGAR ORANG LAIN BERUBAH. ShamMind - The Art Of SUWUNG. Umurnya baru 63 tahun. Tapi bapak ini tampak seperti sudah 70-an. Renta sekali. Pake baju kaos murahan dan celana pendek. Jalannya tertatih dan bicaranya agak terbata. Padahal datang di antar anaknya dengan mobil Mercedes keluaran terbaru. Ngobrol sana ngobrol sini, cek sana cek sini. Keluhannya stroke dan ada dislokasi lumbal yang menyebabkan HNP. Keduanya bikin dia tak dapat berjalan normal. Dari konsultasi beberapa saat, aku mengambil kesimpulan. Ada pressing fikiran yang bikin kesehatan si bapak ngedrop. Setelah aku pancing dengan caraku, si bapak akhirnya menceritakan anaknya yang semata wayang. Menghabiskan uang hanya untuk judi dan narkoba. (Kebetulan anaknya yang dimaksudkan yang kini mengantar, duduk menunggu di caffe sebelah). Hipnoterapi tidak mesti tidur untuk melepas beban mentalnya. Aku hanya mengajaknya ngobrol dan me

SANG PENGAMAT

Gambar
ShamMind - The Art Of SUWUNG. Fikiran dan ketiadaan fikiran itu sama pentingnya. Fikiran penting dalam dimensi materi untuk isra', naik menuju ketiadaan fikiran. Adalah wajar-wajar saja bila fikiran yang baru lepas dari garis start, masih ber-bentuk. Kaku kayak kanebo kering, dan keras kayak batu karang. Setelah sampai ke Sidratul Muntaha, bentuk mulai melunak dan melembut. Mulai memahami bahwa fikiran bukanlah sejatinya diri. Fikiran yang selalu membuat bentuk. Diri sejati hanyalah pengamat. Namun.. fikiranlah yang mengenal sang pengamat. Tak ada apapun kecuali hanya kesejatian diri. Tak ada lagi bentuk. Tak ada lagi simbol. Turun mi'raj kembali ke bumi. Menjadi manusia bumi yang tidak lagi kaku kayak kanebo kering atau beha baru beli. Manusia biasa yang biasa-biasa saja. SUWUNG sajalah!!

Suwung Itu Hanya DISINI - SAAT INI

Gambar
TIDAK MUNGKIN ITU HANYALAH INTERVENSI FIKIRAN YANG MEMUNCULKAN KERAGUAN. ShamMind - The Art Of SUWUNG. Ini cerita cukup lama juga, sekitar tahun 94 - 95. Waktu itu aku masih atlit aktif karateka membawa nama Lhokseumawe Aceh Utara di Porda Aceh. Ikut di kelas komite 75 - 85 kg perseorangan putra. Akhirnya lolos ke semifinal berhadapan dengan juara bertahan yang juga atlet PON membawa nama Aceh. Untuk sampai di semifinal, perjalanan cukup berat juga. Awalnya aku kira adalah tidak mungkin bahkan untuk lolos di belasan besar pun. Mengingat para pesaing rata-rata dari mereka sudah punya pengalaman bertanding segudang. Aku sendiri sudah fakum hampir 5 tahun, dan tak pernah lolos seleksi di Sumatera Utara. Tapi aku cukup termotivasi oleh para senior yang selalu menyemangati, dengan kata-kaSuwung ituta "Simpan dulu fikiran mu, lakukan saja tindakan dengan berlatih terus menerus dan lalu hadapi lawan. Tak ada target apapun. Sebab musuh terbesar mu bukan lawan yang ad